Senin, 01 April 2013

Farid Wadjdy

Farid Wadjdy Rabu, 26 Desember 2012 - 10:42:02 | sumber: http://www.kaltimpost.co.id/berita/detail/6933/farid-wadjdy.html CATATAN: ZAINAL MUTTAQIN

AKHIR-AKHIR ini saya sering mendengar langsung orang menyampaikan kekaguman terhadap figur Farid Wadjdy. Dialah Wakil Gubernur (Wagub) Kalimantan Timur (Kaltim) yang sudah empat tahun mendampingi Awang Faroek Ishak. Kekaguman itu muncul atas sikap Farid yang tidak berubah sedikit pun, meski tahu Pak Awang tidak bakal menggandeng dia lagi dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) Kaltim tahun depan. Sebagaimana diketahui, Pak Awang bulan lalu telah mendeklarasikan diri berpasangan dengan Mukmin Faisjal HP dalam Pilgub mendatang. Deklarasi dilakukan di Balikpapan, dalam acara peringatan ulang tahun Partai Golkar. Mukmin memang ketua Golkar Kaltim, yang saat ini menjadi ketua DPRD Kaltim dari daerah pemilihan Balikpapan. Sebelumnya, Mukmin menjabat wakil wali kota Balikpapan selama lima tahun. Meski sudah pasti tidak digandeng lagi oleh Pak Awang, Farid menurut orang-orang yang mengaguminya itu sehari-hari tetap tampil seperti biasa. Sepertinya tidak mempermasalahkan dirinya tidak lagi diinginkan oleh Pak Awang mendampinginya. “Biasanya orang dalam posisi Pak Farid itu akan banyak berulah. Setidaknya berusaha maju terus sebagai calon gubernur, atau calon wakil gubernur, dengan melakukan manuver-manuver politik. Tentu saja sekalian dengan menjelek-jelekkan pasangannya,” kata Isran Noor, Bupati Kutai Timur, ketika saya temui di Jakarta minggu lalu. Isran berada di Jakarta karena sedang diminta pendapatnya oleh Mahkamah Konstitusi (MK), dalam sidang judicial review Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPD, DPR, dan DPRD (sering disingkat MD3), serta Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (P3). Khususnya, mengenai poin kedudukan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang dinilai tidak ada fungsinya dalam praktik politik bernegara. Isran diminta pandangan-pandangannya sebagai ketua Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi). Isran, yang juga ketua Partai Demokrat Kaltim, itu mengatakan biasanya orang dalam posisi seperti Pak Farid sudah kehilangan gairah bekerja, karena ada rasa malu akibat tidak lagi diajak sebagai pendamping gubernur oleh incumbent, yang sering kali memenangkan pemilihan kepala daerah berikutnya. Isran yang pernah menyampaikan secara terbuka dukungannya terhadap pencalonan Pak Awang dalam Pilgub mendatang, menegaskan mengagumi sikap Farid Wadjdy. Tak hanya mengagumi, dia bahkan memasukkan nama Farid ke dalam radar Demokrat Kaltim untuk dimajukan pada Pilgub mendatang. “Saya memang mendukung Pak Awang maju Pilgub, tetapi ketika itu saya sarankan kepada Beliau untuk tetap saja berpasangan dengan Pak Farid Wadjdy,” ungkapnya. Menurut Isran, Farid sudah membuktikan punya inner power yang hebat, yang diperlukan Bangsa ini meraih kemajuan-kemajuan. “Kami sudah menyiapkan pasangan untuk Pak Farid. Orang yang kami incar itu moralnya juga hebat, seperti Pak Farid juga. Tunggu saja tanggal mainnya, akan kami umumkan nanti,” tegasnya. Saya sendiri sering bertemu Pak Farid di bandar udara (bandara). Sesekali di Jakarta dalam penerbangan yang sama, kadang juga di Balikpapan. Seperti bulan lalu, saya bertemu Pak Farid di Bandara Sepinggan Balikpapan, di terminal Lion Air. Pak Farid akan ke Tarakan, saya akan ke Jakarta. Ketika itu Pak Farid yang lebih dulu menyapa saya. Layaknya kawan lama yang sangat akrab, Pak Farid tidak menempatkan dirinya sebagai wagub provinsi terkaya di negeri ini.
Orangnya bersahaja, senyumnya menampakkan wajah damai. Maka saya pun menyambut salamnya dengan mencium tangan Beliau, sebagai orang yang sangat saya hormati. Salah seorang mantan pegawai Pemprov Kaltim yang mengaku semasa kanak-kanak hingga remaja menjadi kawan sepermainan Farid, mengungkapkan kisah bahwa hingga sekarang tidak ada yang berubah dari sikap Farid. Orangnya suka bergaul, sopan, dan bersahaja. “Beliau mewarisi sikap-sikap ayahnya yang kiai karismatik di Kaltim,” kata orang yang tak berkenan saya tuliskan namanya karena segan itu. Farid adalah anak KH Dja’far Sabran, mantan ketua Nahdlatul Ulama (NU) Kaltim, yang juga pernah dipercaya sebagai ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kaltim. “Kyai Dja’far itu tingkatannya sudah wali. Beliau dulu sering menyambangi asrama mahasiswa kami, yang tidak jauh dari rumah beliau,” kata Isran Noor yang pernah menghuni asrama mahasiswa Sangkulirang di Samarinda, semasa menjadi mahasiswa Universitas Mulawarman. (zam@kaltimpost.net/che

Template by:

Free Blog Templates